Minggu, 21 April 2013

Memimpin dengan Rendah Hati


mahkota
Pemimpin, kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah pelayan umatnya. Bukan sebaliknya, bagai “raja” yang selalu minta dilayani
Setelah diumumkan pengangkatannya menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz menyendiri di rumahnya. Tak ada orang yang menemui, beliau pun tak mau keluar menemui seorang.
Dalam kesendirian itu, beliau menghabiskan waktu dengan bertafakkur, berdzikir, dan berdoa. Pengangkatannya sebagai khalifah tidak disambutnya dengan pesta, tetapi justru dengan cucuran air mata.

Cerita Kecil Tahajjud : ALI BIN ABI THALIB R.A


tahajjud
Dalam Dhirar Al-Shida’i, disebutkan ungkapan yang menggambarkan keadaan ‘Ali r.a, “Dia merasa asing terhadap dunia dan segala dan keheningannya. Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya di beberapa tempat berdirinya. Ketika malam telah melabuhkan tirainya dan bintang-bintang telah redup cahayanya, dia berdiri di mihrabnya sambil memegang janggutnya. Dia menggerakkan tubuhnya (dalam shalat) seperti orang yang kuat dan menangis seperti orang yang bersedih. Dia berkata “Hai dunia, tipulah orang lain selainku. Engaku telah menampakkan diri padaku dan merindukanku. Sayang, aku telah menceraikanmu dengan talak tiga tanpa ada peluang untuk rujuk lagi. Umurmu pendek, penghisabanmu sulit, dan bahayamu sangat besar. Oh, betapa sedikitnya bekalku, betapa panjang perjalananku, dan betapa sunyi jalanku.”
Ali r.a berkata ” berbahagialah jiwa yang menunaikan kewajibannya kepada Tuhannya, yang menahan kesedihannya, dan matanya tidak terpejam pada malam hari. Apabila kantuk menyerangnya, dia terlentang di atas lantai dan berbantalkan telapak tangannya. Matanya terus terjaga karena takut pada tempat kembali di akhirat nanti. Lambungnya jauh dari tempat tidurnya. Bibirnya selalu basah dengan zikir kepada Allah. Karena istigfar yang terus menerus,dosa-dosanya berguguran bagaikan daun di musim kering. Itulah jiwa yang pantas masuk kedalam golongan Allah.”
Bagaimana dengan anda?? Sudah berani tahajud??
HAL JAZA UL IHSANI ILLAL IHSAN
Wassalam
***
Oleh: Rediyan Setiawan

Cerita Kecil Tahajjud : ‘Ibad bin Basyar r.a


tahajjud
Jabir bin Abdullah berkata “Kami pergi bersama Rasulullah Saw. Dibelakang kami ada seorang laki-laki yang menguntit kami. Dia bersumpah tidak akan berhenti sebelum dapat menumpahkan darah para sabagat Muhammad. Dia pun mengikuti jejak kami. Disuatu tempat, Rasulullah minta singgah untuk rehat. Beliau lalu memberikan mandate keamanan kepada ‘Ammar bni Yasir, sementara ‘Ibad bin Basyar melakukan shalat.

Cerita Kecil Tahajjud : Umar bin Abdul Aziz


tahajjud
Suatu ketika, istri Umar, Fathimah, menangis hingga matanya bengkak. Dua saudaranya, Maslamah binAbdul Malik dan Hisyam bin Abdul Malik menemuinya dan bertanya, “Apa yang telah terjadi padamu? Apakah kamu bersedih karena suamimu? Dia memang pantas untuk membuatmu bersedih. Atau, apakah kamu kehilangan bagian dari keduniaan? Bukankah kami beserta harta dan keluarga kita ada di hadapanmu?” Dia menjawab “Bukan. Tidak satu pun dari semua itu yang membuatku bersedih. Akan tetapi, pada malam tadi, aku melihat suatu pemandangan aneh pada dirinya. Aku tahu, pasti ada perkara besar dan menakutkan yang membuatnya berprilaku seperti itu. Sungguh, jika aku mengetahui nya, hatiku akan tenang.”

Cerita Kecil Tahajjud : Abu Yazid Al-Bisthami


tahajjud
Ketika sedang shalat tahajjud, dia melihat anaknya yang masih kecil bangun disampingnya. Dia merasa kasihan kepada anak itu karena malam begitu dingin. Oleh Karena itu Dia berkata, “Anakku, tidurlah! Malam masih panjang.” Namun, anak itu berkata,” Tetapi mengapa ayah bangun?”

Jumat, 31 Agustus 2012

Serasa dan Serasi

Tidak karena kamu memiliki semua pesona itu sekaligus, maka kamu bisa mencintai dan mengawini semua perempuan. Begitu juga sebaliknya. Pesona fisik, jiwa, akal, dan ruh, diperlukan untuk menciptakan daya tarik dan daya rekat yang permanent bila kita ingin membangun sebuah hubungan jangka panjang. Tapi seperti berlian, tidak semua orang mengenalnya dengan baik, maka mereka tidak menghargainya. Atau mungkin mereka mengenalnya, tapi terasa terlalu jauh untuk dijangkau, seperti mimpi memetik bintang atau mimpi memeluk gunung. Atau mungkin ia mengenalnya, tapi terasa terlalu mewah untuk sebuah kelas sosial, atau kurang serasi untuk sebuah suasana.

Biografi Ustadz Yusuf Mansur : Kisah Sukses dengan Ilmu Sedekah


Siapa yang tidak kenal Ust. Yusuf Mansur? Ustadz yang telah dikenal sebagai ustadz ahli sedekah ini kerap kali mucul di TV. Bahkan penulis adalah pemirsa setia acaranya di ANTV tiap ba’da subuh jam 05.00 pagi. Gaya khas betawinya yang kocak dan isi ceramahnya yang agak ekstrem apalagi kalau menyangkut sedekah adalah sajian berbeda bagi penikmat siraman ruhani televisi di Indonesia. Ustadz yang telah mempelopori ilmu sedekah ini, berpendapat bahwa sedekah adalah amalan ajaib yang akan memberi solusi bagi setiap masalah yang dihadapi manusia. Menurut ustadz yusuf Mansur sebagian besar masalah yang dihadapi manusia seperti terlilit hutang, ingin dapat jodoh, sulit dapat kerja, ingin punya anak dan lain sebagainya dapat ditebus atau dibayar dengan sedekah. Artinya dengan melakukan amalan sedekah yang ajaib ini, maka semua masalah dapat dicarikan solusinya. Bahkan beberapa pernyataan fenomenal dari ustadz Yusuf Mansur diantaranya : Sedekah tidak harus ikhlas, Sedekah tidak harus tunggu kaya dan Sedekah jor-joran atau besar-besaran, kini sudah begitu familier di tengah masyarakat kita.